Ada Apa di Kota Surabaya?

Musa Andy
6 min readSep 19, 2023

Halo Folkation folks!

Melanjutkan cerita perjalanan saya di akhir tahun 2022 kemarin, setelah berkeliling di Kota Malang selama 3 hari, saya pun melanjutkan perjalanan ke Kota Surabaya.

Surabaya: Hari Pertama

Begitu tiba di Surabaya — tepatnya di Stasiun Gubeng — saya langsung mencari tempat makan terdekat untuk mengisi perut saya yang sudah keroncongan.

Untungnya ada warung makan yang terbilang cukup murah di sekitar stasiun. Langsung saja tanpa basa-basi, saya memesan nasi rawon. Ah, betapa rindunya saya kepada nasi rawon. Tidak lupa juga es teh manis sebagai minuman wajib.

Kebetulan host saya di Surabaya sedang berada di suatu tempat yang dekat dengan Stasiun Gubeng, sehingga saya bisa ikut menumpang bersamanya untuk tiba di kediamannya.

Setelah membereskan barang-barang dan beristirahat sebentar, saya mengambil waktu untuk mengobrol sebentar dengan host saya di teras rumahnya.

Saya memang bukan tipikal orang yang senang berbicara, saya lebih suka mendengarkan orang lain bicara sambil sesekali memberikan tanggapan atau pertanyaan yang sepadan. Dan mendengarkan beliau bercerita tentang pengalaman hidupnya membuat saya terkesima, membuka bayangan fase kehidupan yang belum namun akan saya lalui ke depannya.

Tidak terasa hari sudah gelap, saya pun berinisiatif untuk mencari udara segar dan pergi mengunjungi salah satu mall terbesar di Surabaya, yaitu Pakuwon Mall.

Pakuwon Mall dengan suasana akhir tahunnya.

Well, tidak banyak yang bisa dilakukan di sini, selain jalan-jalan dan jajan. Namun, ada satu hal yang menarik perhatian saya. Toko baju Uniqlo yang ada di dalam mall ini memiliki display pernak-pernik dan baju khas Surabaya.

Pernak-pernik khas Surabaya di gerai Uniqlo.

Setelah merasakan perut yang keroncongan, saya pun naik ke atas dan makan di food court. Sambil makan, saya mencoba mengaktifkan fitur hangout di aplikasi Couchsurfing (CS) yang sempat saya bahas di artikel perjalanan saya di Malang.

Tampilan fitur hangout di aplikasi Couchsurfing.

Pada dasarnya, fitur hangout ini memungkinkan kita untuk mencari teman sesama pengguna aplikasi di sekitar daerah/kota yang sedang kita kunjungi untuk pergi menjelajah bersama atau untuk hanya sekadar bercengkerama sambil menyeruput kopi.

Selang beberapa lama menunggu, tiba-tiba muncul notifikasi ajakan untuk hangout. Saya melihat nama dari pengirimnya: Iqbal.

Setelah bercakap-cakap sebentar via online, kami pun sepakat untuk pergi ngopi di salah satu kafe setempat.

Mas Iqbal ternyata merupakan seorang pemuda asal Jakarta yang sedang bekerja dari Surabaya. Pekerjaannya sebagai programmer memungkinkan dia untuk bekerja dari mana saja alias remote working sehingga memungkinkannya untuk bekerja sambil jalan-jalan. Duh enaknyaa~

Surabaya: Hari Kedua

Tidak banyak yang terjadi di hari kedua saya di Surabaya.

Pertama, saya pergi mengunjungi mall Tunjungan Plaza di Surabaya. Tidak banyak yang saya lakukan di sana, hanya sekadar untuk makan siang.

Lalu, saya pergi ke kafe terdekat untuk lanjut menulis artikel. Kafe yang saya tuju kali ini bernama Nude Coffee & Cookies.

Pesanan saya, secangkir kopi dengan cita rasa buah.

Setelah menghabiskan beberapa waktu di kafe tersebut, saya langsung meluncur ke pasar legendaris di Surabaya, Pasar Atom.

Di pasar ini, tersedia berbagai macam makanan dan jajanan khas Surabaya. Selain karena jajanan khasnya, Food court pasar ini juga dikenal dengan berbagai pilihan Chinese food yang tidak kalah enaknya, yang di antaranya masakan babi panggang dan nasi hainam.

Namun hanya ada satu tempat yang saya incar di sana, yaitu toko Cakue Peneleh.

Toko jajanan yang satu ini memang sangat populer di Surabaya, wajar jika saya harus mengantri cukup lama di gang sempit tempatnya berada. Toko Cakue Peneleh menjual aneka kue kering dan basah, seperti cakue polos, cakue isi, odading, otak-otak, roti isi, risoles isi, dsb.

Kalau tidak salah, saya membeli cakue isi udang, cakue isi ayam, cakue polos, otak-otak, dan beberapa jajanan lain yang sayangnya tidak bisa saya ingat ketika sedang menulis artikel ini.

Namun yang terpenting, rasanya memang seenak itu folks! It’s definitely a must try!

Surabaya: Hari Ketiga

Well, secara teknis, sebenarnya di hari ketiga saya pergi ke Mojokerto bersama dengan dua orang teman dari komunitas Couchsurfing. Kenapa? Karena saya sudah bosan jalan-jalan di Kota Surabaya hahaha.

Kami berangkat dari Stasiun Wonokromo via jalur kereta untuk bisa tiba di Mojokerto. Untuk berkeliling di Mojokerto, kami menyewa sebuah grab car yang ternyata bersedia mengantar kami seharian.

Baru saja berangkat, langsung disambut oleh musisi jalanan di perempatan lampu merah.

Siapa yang sangka bahwa ternyata Mojokerto pun bisa menawarkan tempat wisata yang menarik. Walaupun kotanya kecil, tetapi Mojokerto nyatanya menyimpan banyak kekayaan budaya di dalamnya.

Tujuan pertama kami adalah melihat patung Budha Tidur yang terletak di salah satu vihara di Mojokerto.

Penampakan depan gerbang masuk vihara.
Panjang sekali ya patungnya, folks.

Kemudian kami pergi untuk melihat Candi Tikus dan Candi Brahu yang ada di Mojokerto.

Kami juga sempat melihat-lihat salah satu museum budaya Jawa Timur yang ada di sekitar daerah candi.

Patung aja bisa bermesraan ya, folks.

Tak terasa hari sudah siang dan kami mulai merasa lapar. Langsung saja kita pergi ke salah satu tempat makan yang sudah direkomendasikan oleh salah satu teman saya. Saatnya makan~

Dengan harga yang tidak terlalu mahal dan rasa yang enak, saya benar-benar menikmati setiap gigitan udang, cumi, dan kerang yang saya makan. Apalagi jika ditambah dengan kesegaran dari sayur kangkung yang menyertainya.

Kekurangannya mungkin terletak pada porsi nasi dan lauknya yang kurang banyak. Tapi bisa jadi saya merasa kurang karena kami makan bagi tiga, walaupun saya tetap dapat porsi yang paling banyak karena hanya saya laki-laki di sana hahaha.

Sehabis makan, kita langsung pergi menuju pemberhentian berikutnya: Museum Gubug Wayang.

Bangunan museum ini memiliki tiga lantai. Setiap lantainya berisikan berbagai koleksi wayang hasil kerajinan para pengrajin Nusantara. Mulai dari wayang golek, wayang kulit, wayang lontar, dll. Jadi bisa dibayangkan sebanyak apa wayang yang ada di sini ya, folks!

Wayang golek Bandung.
Wayang lontar Bali.

Di museum ini juga terdapat beberapa wayang dari tokoh-tokoh yang kita kenal baik di acara televisi, seperti Si Unyil dan Upin & Ipin.

Berbagai koleksi wayang Si Unyil.
Pendiri museum juga ternyata gemar mengoleksi berbagai kaset zaman dulu.

Setelah puas mengelilingi museum sambil dipandu guide, kami pun menghabiskan waktu terakhir di Mojokerto dengan bersantai di alun-alun kotanya yang terletak tidak jauh dari museum, sambil menunggu kereta pulang kami tiba di stasiun.

Selamat Tinggal, Surabaya!

Dan tibalah bagian terakhir dari persinggahan saya di Surabaya!

Setelah pergi beribadah sekaligus membeli oleh-oleh khas Surabaya, saya berpamitan kepada host saya dan keluarganya di rumah sebelum kembali pulang ke Bali.

Terima kasih atas kesempatan dan pelajarannya, Mba Widia!

Senang rasanya bisa menghabiskan malam tahun baru bersama dengan Mba Widia dan teman-teman yang lain.

Ini adalah akun Instagram milik host saya di Surabaya, Mba Widia.

--

--

Musa Andy

Always observing human's values, interests, and cultures. Always believes in the progression of humanity.