Menjelajah Malang Menggunakan Aplikasi Couchsurfing

Musa Andy
8 min readSep 14, 2023

Halo Folkation folks!

Tidak terasa kita sudah memasuki awal tahun yang baru. Mudah-mudahan kalian semua bisa menghabiskan waktu liburan akhir tahun kemarin dengan melakukan hal yang kalian suka, bersama dengan orang-orang terdekat dan terkasih kalian ya!

Saya sendiri malah memutuskan untuk kabur ke pulau Jawa — tepatnya ke Jawa Timur. Karena pada akhir tahun biasanya di Bali penuh dengan wisatawan dan kebetulan saya diberi libur seminggu, maka saya memutuskan untuk mencoba salah satu metode travelling low budget — yaitu couchsurfing — ke Malang dan Surabaya.

Seperti apa sih rasanya travelling ala backpacker ini? Dan tempat-tempat wisata apa saja yang ada di Malang dan Surabaya?

Mari temani saya bernostalgia di dalam perjalanan saya di akhir tahun 2022 kemarin!

Persiapan Perjalanan

Di dalam memulai sebuah perjalanan, tentunya kita memerlukan persiapan yang matang sebelumnya. Sama seperti travelling pada umumnya, saya juga mempersiapkan rencana perjalanan dalam bentuk itinerari (walaupun hanya berupa gambaran besar), akomodasi tempat tinggal, maupun transportasi.

Bedanya kali ini, saya mencari akomodasi tempat tinggal menggunakan aplikasi bernama Couchsurfing atau yang biasa disingkat dengan CS. Couchsurfing bisa dikatakan sebagai sebuah jaringan sosial yang memungkinkan orang-orang untuk menjadi tuan rumah atau tamu sementara di tempat tinggal orang lain di seluruh dunia. Tujuannya adalah untuk menjadi cara bagi orang-orang untuk bertemu, bertukar pengalaman, dan mendapatkan penginapan gratis saat mereka bepergian.

Tampilan dashboard aplikasi CS

Jaringan ini menyediakan forum online yang memungkinkan anggotanya untuk bertemu dan saling bertukar pengalaman, serta memiliki fitur yang memungkinkan anggotanya mencari dan menawarkan tempat tidur di rumah mereka kepada orang lain. Couchsurfing sering dianggap sebagai cara bagi orang-orang untuk menjelajahi dunia dengan biaya rendah dan berinteraksi dengan orang-orang baru.

Singkat cerita, setelah menulis permintaan ke beberapa orang di aplikasi CS untuk menginap di rumahnya, saya berhasil mendapatkan dua host yang mau menampung saya selama waktu saya di Malang maupun di Surabaya.

Sebagian kecil dari permintaan menginap yang saya kirim

Perjalanan saya ini berlangsung selama 1 minggu, mulai dari tanggal 25 Desember 2022 sampai dengan tanggal 2 Januari 2022, 3 hari di Malang dan 3 hari di Surabaya.

Malang: Hari Pertama

Setelah menyeberang pulau menggunakan jalur darat dan laut, saya akhirnya tiba di Malang — tepatnya di sebuah kota kecil bernama Singosari — dini hari tanggal 26 Desember. Host pertama saya merupakan seorang pemuda seumuran saya yang tinggal bersama kedua orang tuanya.

Saya beristirahat sejenak di rumahnya untuk melepaskan lelah selama perjalanan. Enam jam kemudian — setelah menikmati sarapan Nasi Jagung — kami pergi bersama ke tempat usaha pakaian dan tas milik host saya karena dia harus menjaga tokonya.

Di siang harinya, saya memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri mencari camilan karena perut yang mulai keroncongan. Pilihan saya jatuh kepada Tahu Sumedang dan Es Dawet, sebuah kombinasi sederhana yang nikmat dan menyegarkan. Namun yang lebih berkesan bagi saya adalah ketika saya menikmati orem-orem sebagai menu makan siang saya.

Orem-orem adalah masakan kuliner Jawa khas dari Kota Malang yang berbahan dasar irisan tempe goreng, ayam, dan dimasak bersama kuah santan kental. Biasanya disajikan dengan ketupat iris yang diberi tauge, tempe dan disiram kuah sayur kuah santan. Rasa kuah orem-orem mirip seperti sayur lodeh dengan rasa sedikit pedas, dan bisa ditambah kecap manis dan sambal sesuai dengan selera.

Orem-orem, makanan khas Kota Malang

Sesudah perut kenyang, saatnya lanjut berkeliling di Kota Malang!

Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Kampung Warna Warni. Sesuai dengan namanya, tempat ini merupakan tempat wisata dengan banyak bangunan warga yang dicat warna-warni. Namun sayangnya, karena hujan, saya jadi tidak bisa masuk ke dalamnya dan hanya bisa mengambil foto dari luar kampungnya saja.

Fun fact, menurut salah satu warga sekitar, tadinya kampung mereka kumuh. Namun karena inisiatif warga di kampung tersebut, kampung mereka dapat menjadi salah satu tempat wisata yang terkenal di Malang. Sungguh kreatif ya folks!

Penampakan Kampung Warna Warni dari luar

Setelah bercakap-bercakap dengan Bapa penjaga pintu masuk sambil menunggu hujan reda, saya pun melanjutkan perjalanan untuk mencari segelas kopi hitam yang katanya salah satu hidden gem di Malang. Nama kopi ini adalah Kopi Cangkir Juanda.

Keunikan dari kopi ini datang dari cara penyajiannya. Disajikan dengan bubuk kopi di atasnya, kopi ini terasa sangat nikmat dengan sentuhan asli aroma dan rasa kopinya. Memang jadi lebih ribet sih minumnya karena harus seruput sambil menahan agar bubuk kopinya tidak ikut masuk ke mulut, tapi saya berani jamin bahwa kopi ini merupakan salah satu kopi paling enak yang ada di Indonesia.

Hal yang disayangkan hanya tempat ngopinya yang kurang nyaman karena tempatnya berukuran kecil dan terasa sempit sekali kalau lagi banyak orang. Belum lagi suasana sekitar yang terkesan kumuh karena dikelilingi oleh toko-toko barang bekas dan alat-alat otomotif.

Selesai ngopi, saya lanjut ke salah satu kawasan tua di Malang, yaitu Kajoetangan.

Penampakan suasana Kampung Kajoetangan

Kampung Heritage Kajoetangan adalah kampung wisata tematik yang mengusung konsep suasana tempo dulu. Kampung ini memiliki ciri khas deretan rumah berarsitektur kolonial Belanda dengan aksesoris, perabotan, hingga nuansa kesehariannya yang khas tempo dulu.

Setelah berjalan-jalan sebentar di trotoar wilayah Kajoetangan ini, saya memutuskan untuk singgah sebentar di salah satu kafe yang ada di sekitar. Pilihan saya jatuh kepada Tugu Kawisari Coffee.

Kafe ini menawarkan tempat duduk indoor maupun outdoor dengan dekorasi khas tempo dulu dan suasana yang homey.

Di kafe ini, saya memesan segelas Cascara Tea khas Kawisari. Rasanya agak sepet sih, tapi menjadi jauh lebih enak dan menenangkan pikiran ketika sudah ditambahkan gula.

Cascara Tea, teh yang kaya cita rasa dan punya segudang manfaat

Tak terasa hari sudah gelap dan jam makan malam saya pun tiba. Saya mencoba mencari tempat makan bakso yang enak di Kota Malang ini melalui rekomendasi Google Maps.

Banyak yang merekomendasikan Bakso President yang memang sudah terkenal di kalangan umum. Tapi ketika membaca review tempat makannya yang mengatakan bahwa baksonya tidak seenak yang dibilang orang alias overrated, saya pun memutuskan untuk pergi ke tempat makan lain yang direkomendasikan oleh salah satu reviewer, yaitu Bakso Dadiati.

Dan ternyata saya tidak menyesal hahaha. Entah karena lapar atau memang baksonya enak, saya makan dengan lahap sekali. Intinya kalian wajib coba bakso yang satu ini kalau sedang berlibur atau singgah di Malang. Dijamin puas hahahaha!

Oh ya, tempatnya memang agak masuk dan tersembunyi dari jalan raya, jadi bisa dibilang bakso ini juga merupakan salah satu hidden gem di Malang.

Setelah makan, saya akhirnya pulang kembali ke rumah host saya.

Malang: Hari Kedua

Keesokan harinya, saya memutuskan untuk pergi ke tempat yang lebih jauh, tepatnya ke Air Terjun Tumpak Sewu atau yang disebut juga Coban Sewu.

Air Terjun Tumpak Sewu merupakan salah satu tempat wisata unggulan yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang. Saya perlu menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam dari Kota Malang untuk dapat tiba di lokasi wisata.

Di Coban Sewu ada 5 spot tempat wisata. dan jika diurut dari pintu masuk/loket maka urutan spot wisata Coban Sewu akan menjadi seperti berikut:

  1. Panorama Tumpak Sewu
  2. Bottom Waterfall
  3. Tebing Nirwana
  4. Telaga Biru
  5. Goa Tetes
Penampakan Coban Sewu dari spot Panorama Tumpak Sewu
Sekali-kali saya juga ingin selfie hahaha

Oh iya, ada beberapa hal yang perlu kalian perhatikan sebelum pergi ke air terjun ini, folks!

Untuk menuju ke bawah air terjun, disarankan melalui pintu masuk dari Kabupaten Lumajang.

Mengapa lebih baik masuk ke Air Terjun Tumpak Sewu melalui loket resmi yang ada di Lumajang? Karena jalannya jauh lebih aman daripada harus lewat Malang. Jalur ke bawah Air Terjun Tumpak Sewu dari Malang terdiri dari tangga vertikal, sehingga cukup menyeramkan dan membahayakan.

Sementara jalur dari Kabupaten Lumajang terdiri dari jalan setapak yang sudah ditata, sehingga lebih aman.

Saya sendiri melakukan kesalahan dan masuk dari jalur Malang. Memang lebih menantang dan mengasyikkan sih, tapi saya jadi harus membayarnya dengan beberapa kali terpeleset yang menghasilkan beberapa luka di kaki dan tangan hahaha.

Beberapa penampakan jalur turun air terjun. Cukup menantang kan, folks?

Sepanjang perjalanan menuju titik Air Terjun Tumpak Sewu, kalian harus melewati jalanannya yang berupa tanah liat yang cukup licin. Wisatawan juga harus berjalan di dekat sungai yang airnya mengalir sepanjang waktu.

Jadi, disarankan supaya kalian menggunakan sandal gunung yang kokoh ataupun sepatu trekking. Hal ini dapat meminimalkan risiko terpeleset, walaupun tidak seratus persen karena saya pun tetap terpeleset walaupun sudah pakai sandal gunung hahahaha (Oke oke, sudah cukup cerita tentang saya yang terpeleset).

Area bawah Coban Sewu. Bottom Waterfall.

Kalian juga harus mempersiapkan fisik dengan cara berolah raga sebelum mengunjungi Coban Sewu karena perjalanan menuju titik Air Terjun Tumpak Sewu cukup panjang. Butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai ke sana.

Kondisi jalan yang menurun akan berubah menjadi tanjakan, sehingga dapat dipastikan akan menguras fisik kalian.

Tapi kalau kalian berhasil melalui semua rintangan ini, kalian akan diberikan hadiah berupa sebuah pemandangan menakjubkan yang tidak akan bisa kalian dapatkan di manapun juga selain di Coban Sewu.

Dijamin candu dan bikin kita terpesona!

Pemandangan menakjubkan Coban Sewu

Setelah menghabiskan beberapa saat untuk mengambil foto dan video, saya dan beberapa teman wisatawan yang saat itu juga sedang berkunjung memutuskan untuk kembali ke atas dan beristirahat di warkop terdekat sambil berbincang-bincang, sebelum pada akhirnya memutuskan untuk pulang ke tempat tujuan masing-masing.

Goa Tetes

Malang: Hari Ketiga

Di hari ketiga, saya bersama dengan host saya pergi ke daerah Pegunungan Cangar di Kota Batu. Biasanya wisatawan akan pergi ke Kota Batu bila mencari tempat wisata dengan udara yang sejuk dan dingin.

Penampakan daerah Pegunungan Cangar

Host saya membawa saya mengunjungi tempat pemandian air panas Cangar di mana warga sekitar biasa melepas lelah. Pilihan yang bagus, secara saya membutuhkan tempat relaksasi otot karena semua otot saya sakit setelah pergi mengarungi Air Terjun Tumpak Sewu di hari sebelumnya hahaha.

Tempat pemandian air panas Cangar

Setelah berendam selama kurang lebih 2 jam, kami pun kembali pulang dan melepas hari.

Selamat Tinggal, Malang!

Dan akhirnya tiba juga saatnya untuk berpisah dengan Malang!

Keesokan harinya, sehabis berbelanja oleh-oleh berupa aneka keripik buah dan keripik tempe, saya langsung melanjutkan perjalanan berikutnya menggunakan kereta api yang berangkat dari Stasiun Malang.

Tujuan saya selanjutnya adalah Kota Pahlawan, yaitu Kota Surabaya! Nantikan cerita pengalaman saya selama di Surabaya di tulisan selanjutnya ya, folks!

Oh iya, tidak lupa juga saya mengambil foto bersama dengan host saya yang pekerja keras, Tommy Araga. See you when I see you, brother!

Sukses terus clothing store-nya, bro Tommy!

--

--

Musa Andy

Always observing human's values, interests, and cultures. Always believes in the progression of humanity.